Scroll untuk baca artikel
Berita

KA Brantas Tabrak Truk, Ini Penyebab Kereta Tak Bisa Berhenti

×

KA Brantas Tabrak Truk, Ini Penyebab Kereta Tak Bisa Berhenti

Sebarkan artikel ini
KA Brantas Tabrak Truk, Ini Penyebab Kereta Tak Bisa Berhenti
KA Brantas Tabrak Truk, Ini Penyebab Kereta Tak Bisa Berhenti

Silvame.com, Jakarta- KA Brantas 112 yang berangkat dari Pasar Senen menuju Blitar mengalami kecelakaan ketika menabrak truk tronton di JPL 6 Km 1+523, pada petak jalan antara Jerakah dan Semarang Poncol. Pada hari yang sama sebelumnya, pukul 15.10 WIB, KA Kuala Stabas yang beroperasi dari Tanjungkarang menuju Baturaja juga menabrak truk yang membawa muatan tebu di perlintasan sebidang tanpa palang pintu.

PT KAI, selaku pengelola kereta api, memberikan penjelasan mengenai kronologi kecelakaan tersebut. Rupanya, kecelakaan KA Brantas terjadi karena truk tronton tersebut mogok di atas rel sebelum tabrakan terjadi. Hal serupa juga terjadi pada KA Kuala Stabas, di mana kereta tersebut berhenti di jalur rel.

Peristiwa tabrakan ini memunculkan pertanyaan mengapa kereta api tidak dapat berhenti secara mendadak atau melakukan pengereman mendadak. PT KAI memberikan tanggapan melalui akun Twitter resminya pada Jumat (21/7/2023) yang mengungkapkan alasan di balik keterbatasan pengereman kereta api.

“Alasan mengapa kereta api tidak dapat berhenti mendadak adalah karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya,” tulis @/KAI121.

Salah satu alasan utamanya adalah panjang dan berat rangkaian kereta. Semakin panjang dan berat rangkaian kereta, semakin jauh jarak yang dibutuhkan untuk bisa benar-benar berhenti. PT KAI menjelaskan bahwa kereta penumpang rata-rata di Indonesia terdiri dari 8-12 gerbong, dengan bobot mencapai 600 ton, belum termasuk penumpang dan muatan barang. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan energi yang besar untuk bisa menghentikan rangkaian kereta dengan tepat.

Saat ini, sistem pengereman yang digunakan pada kereta api menggunakan rem udara. Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan menyimpannya hingga proses pengereman terjadi. Meskipun ada fitur rem darurat, tetap saja tidak memungkinkan kereta api untuk berhenti secara mendadak. Rem darurat hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar agar dapat berhenti lebih cepat.

“Oleh karena itu, ketika masinis melihat adanya hal-hal yang membahayakan seperti orang menerobos palang kereta, biasanya akan terlambat melakukan pengereman karena keterbatasan sistem yang digunakan,” jelas PT KAI.

Ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan pengereman kereta, di antaranya adalah:

  1. Kecepatan kereta, semakin tinggi kecepatan maka semakin panjang jarak pengereman yang dibutuhkan.
  2. Kemiringan atau lereng jalan rel, karena akan mempengaruhi gaya pengereman.
  3. Jenis kereta, apakah kereta penumpang atau kereta barang, karena berbeda dalam bobot dan karakteristik.
  4. Jenis rem yang digunakan, apakah menggunakan rem blok komposit atau blok besi cor.
  5. Kondisi cuaca, seperti hujan atau jalanan yang licin, juga akan berpengaruh pada kemampuan pengereman.

PT KAI menekankan bahwa rem pada rangkaian kereta bekerja berdasarkan tekanan udara, dan jika tekanan udara dilepaskan secara tiba-tiba, akan menyebabkan pengereman tidak merata. Hal ini dapat menyebabkan kereta dan gerbongnya tergelincir, terseret, atau bahkan terguling.

Sebagai langkah antisipasi, PT KAI terus berupaya meningkatkan keamanan perlintasan kereta dengan pemasangan palang pintu dan meningkatkan kesadaran keselamatan bagi pengemudi kendaraan di perlintasan sebidang. Diharapkan upaya ini dapat mengurangi potensi kecelakaan di masa mendatang dan memastikan keselamatan bagi seluruh pengguna jalur kereta api.