Scroll untuk baca artikel
BeritaInternasionalPolitik

Ekspor Pertambangan Indonesia Ajlok,Efek Ekonomi Cina Menurun

×

Ekspor Pertambangan Indonesia Ajlok,Efek Ekonomi Cina Menurun

Sebarkan artikel ini
Ekspor Pertambangan Indonesia Ajlok,Efek Ekonomi Cina Menurun
Ekspor Pertambangan Indonesia Ajlok,Efek Ekonomi Cina Menurun

Silvame.com, Jakarta- Menanggapi laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan penurunan nilai ekspor Indonesia pada bulan Juni 2023, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memberikan tanggapannya. Angka ekspor pertambangan Indonesia pada bulan tersebut mencapai US$ 20,61 miliar, mengalami penurunan sebesar 5,08 persen dibandingkan dengan ekspor pada bulan Mei 2023 yang mencapai US$ 21,72 miliar.

Dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, pada Selasa, 18 Juli 2023, Luhut mengomentari penurunan tersebut, menyebut bahwa penurunan ekspor tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara lain. “Semua mengalami penurunan, karena baru-baru ini saya membaca bahwa ekonomi China juga mengalami penurunan. Penurunan ini tidak dapat dihindari karena semua berada dalam rantai global,” ujar Luhut.

Lanjutnya, pemerintah berencana untuk melakukan langkah-langkah efisiensi ke depannya. Salah satu langkah yang akan diambil adalah melalui program digitalisasi anggaran yang diharapkan dapat menghasilkan penghematan anggaran yang signifikan. “Jika kita bisa mencapai 90 persen digitalisasi dari total anggaran Rp 1.600 triliun tahun ini, kita dapat menghemat sebanyak 30 persen dari angka tersebut,” tambah Luhut.

Atqo Mardiyanto, Sekretaris Utama BPS, menjelaskan bahwa penurunan ekspor Juni 2023 dibandingkan dengan Juni 2022 mencapai 21,18 persen. Ekspor nonmigas pada bulan Juni 2023 mencapai US$ 19,34 miliar, turun 5,17 persen dibandingkan dengan bulan Mei 2023, dan turun sebesar 21,33 persen jika dibandingkan dengan ekspor nonmigas pada bulan Juni 2022.

Berdasarkan data BPS, penurunan terbesar dalam ekspor nonmigas pada bulan Juni 2023 dibandingkan dengan bulan Mei 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar US$ 441,3 juta. Sementara itu, peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$ 834,9 juta,” ungkap Atqo dalam acara Rilis Berita BPS di Jakarta, pada Senin, 17 Juli 2023.

Atqo juga menyebutkan bahwa beberapa komoditas lainnya juga mengalami penurunan nilai ekspornya. Antara lain nikel dan barang daripadanya sebesar US$ 285,9 juta (41,33 persen), logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$ 238,3 juta (41,41 persen), bijih logam, terak, dan abu sebesar US$ 224,5 juta (34,64 persen), serta kapal, perahu, dan struktur terapung sebesar US$ 133,3 juta (94,31 persen).

Sementara itu, komoditas yang mengalami peningkatan ekspor selain lemak dan minyak hewani/nabati adalah besi dan baja sebesar US$ 149,2 juta (7,36 persen), ampas dan sisa industri makanan sebesar US$ 64,0 juta (41,90 persen), bahan kimia anorganik sebesar US$ 61,9 juta (61,58 persen), serta pakaian dan aksesoris (rajutan) sebesar US$ 36,2 juta (11,65 persen).

Dalam periode Januari-Juni 2023, sepuluh golongan barang di atas memberikan kontribusi sebesar 54,33 persen terhadap total ekspor nonmigas. Namun, dari segi pertumbuhan, ekspor sepuluh golongan barang tersebut mengalami penurunan sebesar 7,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.